Ketika keheningan dalam hati kian merasuk.
Hembusan kedamaian menghempas keraguan.
Sendiri dalam sebuah ruangan yang sempit, ditemani buku-buku usang.
Aku melayang.
Saat aku keluar menuju beranda surga.
Aku merasakan segar pagi, wangi embun, dan kicau burung.
Bernyanyi indah, merdu dalam senandung.
Waktu ku buka kedua mataku, ku lihat hamparan hijau membentang luas.
Menebar asmara tanpa batas.
Kemudian aku berjalan-jalan, ku temui semua orang dan ku sapa dengan kembang senyum di bibirku.
Begitu ramah, sampai tiada lagi terasa amarah.
Terus ku telusuri jalan setapak, lalu ku jumpai lautan membentang di hadapanku.
Aku terpesona, karena begitu bening kilau yang dipancarkannya.
Aku berjalan menelusuri pantai.
Mencoba merasakan hempasan ombak di kakiku.
Betapa sejuk, sampai ke pelupuk.
Aku melihat sebuah kebun bunga yang indah.
Bertebaran warna-warni menghias wajah bumi.
Begitu wangi, menelusup hingga ke hati.
Kemudian ku dekati sebuah pohon apel yang rindang.
Ku petik satu buahnya lalu ku makan.
Sungguh nikmat tak teramat dari Sang Pencipta Jagat.
Angin begitu lembut membuai mata sampai terasa kantuk hinggap di ragaku.
Aku terlelap dibawah teduh pohon apel yang rindang.
Aku senang tak terbayang oleh lengang.
Hinggap burung-burung kecil ramah di jasadku yang terbuai mimpi indah.
Betapa ramah.
Sontak aku terbangun.
Ku lihat hamparan kebun bunga tadi telah lenyap.
Semuanya begitu gersang tak berbayang.
Suara deru itu membuat telingaku bising.
Kedamaian itu lenyap.
Terik menyengat kulit sampai terasa sakit.
Aku berlari menuju pantai.
Tapi ku lihat lautan telah mengering.
Aku panik di tengah dunia yang terusik.
Ku lanjutkan lariku menuju perkampungan.
Rumah-rumah telah hangus terbakar.
Mayat-mayat bertebaran di jalanan.
Tidak!
Lalu sebuah rasa sakit melesat menghantam jantungku.
Begitu pilu, sampai terasa ngilu di jiwaku.
Kemudian dunia berubah begitu gelap.
Ku rasakan kedamaian itu kembali hinggap bersamaan sosok yang berjalan di tengah cahaya putih menyilaukan.
Aku tahu aku sudah mati.
Karena dia adalah Izrail.
Sosok yang menemuiku.
Aku telah mati.
Tanpa tahu apa yang terjadi.
Hembusan kedamaian menghempas keraguan.
Sendiri dalam sebuah ruangan yang sempit, ditemani buku-buku usang.
Aku melayang.
Saat aku keluar menuju beranda surga.
Aku merasakan segar pagi, wangi embun, dan kicau burung.
Bernyanyi indah, merdu dalam senandung.
Waktu ku buka kedua mataku, ku lihat hamparan hijau membentang luas.
Menebar asmara tanpa batas.
Kemudian aku berjalan-jalan, ku temui semua orang dan ku sapa dengan kembang senyum di bibirku.
Begitu ramah, sampai tiada lagi terasa amarah.
Terus ku telusuri jalan setapak, lalu ku jumpai lautan membentang di hadapanku.
Aku terpesona, karena begitu bening kilau yang dipancarkannya.
Aku berjalan menelusuri pantai.
Mencoba merasakan hempasan ombak di kakiku.
Betapa sejuk, sampai ke pelupuk.
Aku melihat sebuah kebun bunga yang indah.
Bertebaran warna-warni menghias wajah bumi.
Begitu wangi, menelusup hingga ke hati.
Kemudian ku dekati sebuah pohon apel yang rindang.
Ku petik satu buahnya lalu ku makan.
Sungguh nikmat tak teramat dari Sang Pencipta Jagat.
Angin begitu lembut membuai mata sampai terasa kantuk hinggap di ragaku.
Aku terlelap dibawah teduh pohon apel yang rindang.
Aku senang tak terbayang oleh lengang.
Hinggap burung-burung kecil ramah di jasadku yang terbuai mimpi indah.
Betapa ramah.
Sontak aku terbangun.
Ku lihat hamparan kebun bunga tadi telah lenyap.
Semuanya begitu gersang tak berbayang.
Suara deru itu membuat telingaku bising.
Kedamaian itu lenyap.
Terik menyengat kulit sampai terasa sakit.
Aku berlari menuju pantai.
Tapi ku lihat lautan telah mengering.
Aku panik di tengah dunia yang terusik.
Ku lanjutkan lariku menuju perkampungan.
Rumah-rumah telah hangus terbakar.
Mayat-mayat bertebaran di jalanan.
Tidak!
Lalu sebuah rasa sakit melesat menghantam jantungku.
Begitu pilu, sampai terasa ngilu di jiwaku.
Kemudian dunia berubah begitu gelap.
Ku rasakan kedamaian itu kembali hinggap bersamaan sosok yang berjalan di tengah cahaya putih menyilaukan.
Aku tahu aku sudah mati.
Karena dia adalah Izrail.
Sosok yang menemuiku.
Aku telah mati.
Tanpa tahu apa yang terjadi.
No comments:
Post a Comment